HP Androit diatas meja berdering dengan santer sekitar pukul 18.45
WIB. Segera ku baca, seperti bisa dengan mengarahkan kelopak mata
kelayar monitor HP karena saat ini HP Androit belum cukup pintar hingga
mampu memahami apa isi pesan dengan teriak “Ada apa?”. Nampak terbaca
jelas, seorang nama yang sangat ku kenal. Dia yang kuanggap adik karena
tiap Minggunya ikut belajar ngaji bersama ku.
Akupun terburu membalas chat WAnya dengan membalas
salam karena ia membukanya dengan salam. “Ya...Wa’alakumslam..ada apa?”
tanya ku dalam ketikan WA yang sudah aku singronkan keleptop. Karena
terbiasa mengetik di keyboad leptop tentu berbeda nuansanya keyboad HP
kecil mungil dengan leptop te Bleberr. Tapi masing-masing mempunyai
keterbiasaan berbeda. Ya, mau ngetik di keyboad HP atau di keyboad
leptop intinya sama saja “Mengetik”.
“Kak, ini ada kawan mau jual beras sekitar 2 kg lebih. Barasnya bagus,
gak nampi lagi?” Jawabnya sangat mengejutkan. Jual beras? Jadi ingat
waktu masih duduk di STM dulu, kalau kiriman habis sama jual beras
untuk menyambung hidup ala anak kos.
Belum aku jawab chatnya,
terburu Telpon WA berdering. Segera ku angkat “Mau gak kak beras ya?”
Tanyanya lagi. “Ngapa mau dijual” Akupun balas bertanya.
“Kak,
itu bukan beras aku. Tapi beras Marwan (Nama Samaran)” Jelasnya. Dengan
Marwan tentu aku mengenalnya karena dulu pernah ikut belajar ngaji
dengan ku. Tapi hanya sekali pertemuan selanjutnya tak pernah lagi
datang dan baru ini menghubungi ku lagi.
“Kak ini aku Marwan itu
beras kawan aku. Katanya kiriman belum datang kasian dia belum makan.”
Jelas Marwan dengan khas suaranya.
“Kok, mau jual beras untuk makan? Kalau bisa beli sayur, gak ada beras gimana?” Tanyaku penuh selidik, tapi bukan introgasi.
“Ini kak, katanya kiriman dari orang tuanya hari Jum’at. Ini cukuplah
buat beli nasi bungkus untuk tiga hari” Jelasnya menyakinkan. “Oke,
tunggu sudah di Masjid aku shalat Isya disana” Tanpa ragu aku memberikan
jawab sepertu itu.
Ku coba untuk memposting foto beras yang
masih dalam asoy dan keterangan sepertinya tanya – jawab yang sudah
dibaca diatas. Di grop temen-teman sengajian, dalam waktu singkat
jawabanpun beragam intinya teman-teman dalam grop mau membantunya. Ada
yang mau Transfer dan lain sebaginya.
Diri ini membatin dalam
batin “Ya Allah” aku sangatlah yakin beliau-beliau ini dalam hatinya ada
rasa takut pada Allah. Karena takutnya orang dalam kesusahan itu
menjadi dosanya juga. Cerita Ini adalah ilustrasi kecil yang mungkin
terjadi.
Bagaimana akhir-akhir ini ada berita yang mengejutkan “Kakek meninggal diduga
kelaparan” dan berita-berita lainnya yang tidak kalah memilukan yang tentu
kebijakan yang menyensarakan rakyat. Seperti Gas LPG akan naik, Tarif listrik
naik dan semua-semua akan naik.
Tentu ini sangat berbanding terbalik dengan kisah Khalifah Umar Bin Khatab yang
berkeliling pada malam hari dengan diam-diam tanpa pencitraan mengecek kondisi
rakyatnya.
Yang saat itu benar. Ada rakyatnya yang menangis kelaparan karena seharian belum
makan hingga Sang Khalifah Umar Bin Khatab mengetahuinya lalu bersegera
mengambilkan keperluan kehidupannya kedepannya yang beliau ambil dan bawa
sendiri dari gudang hingga memasakannya karena takutnya dosa dibalas di akhirat
sebagai tanggung jawab seorang pemimpin ini contoh kemulyaan islam dalam
mengurusan semua urusan rakyatnya.
Dan contoh itu cuman ada dalam pemerintahan Islam yakni Khilafah yang mejadi
benteng perisai penerapan syariah secara untuh dalam kehidupan yakinlah bahwa
kehidupan umat manusia akan lebih sejatera dengan tegaknya Khilafah.[]