Kado Untuk Sang Ayah Bagian I

Suasana pagi yang dingin, ia membuka matanya dengan berat sambil berkrenyit. Terlihat bulu mata seolah tertarik kedalam. Untuk memaksakan mata, yang seakan enggan untuk dibuka. Sembari tangan meraba-raba mencari HP Androidnya, yang biasanya diletakkan di atas meja sebelah ia tidur. Walau keadaan mata terpejam. Sangat mudah menemukan HP Android tersayangnya, segera mengusap layar terpaku itu terlihat jam 03.45 WIB.

“Alhamdulilah,” gumannya sebari bangkit dari ranjang. Dan beranjak santun menuju kedapur untuk minum air putih karena sudah terbiasa dengan minum air putih pas bangun dari tidur di pagi hari. Sambil duduk memegang gelas berisi air putih ia mulai meneguk airnya "bukan gelasnya". Tegukan demi tegukan terasa dingin air melewati tegorkannya, membuat matanya terasa lebih segar sekitar enam tegukan ia sudahi. Ia segera mengambil wudhu, menuaikan sholat 4 rokat shalat tahjud dan 1 witir ia berusaha tidak meninggalkan sholat sepertiga malam itu.

Karena dorongan keimanan salah satu amalan perjuang seperti yang di contohkan Sang Penakluk Kostatinopel Muhammad Al Fatih yang tidak pernah meninggal sholat malamnya ia temukan itu dari buku yang ia baca yang berjudul Beyond the Inspiration yang di tulis oleh ustad Felix Siauw. Dengan bahasa yang khas tersusun apik, sangat mudah dipahami dan di mengerti hingga mudah di serap intisari dari buku itu. Ya, mungkin ia salah satu pengidoala ustd. Felix.

Sekitar jam 4.30 WIB suara lantunan ayat-ayat Al-Quraan dari Masjid-masjid bersahutan menyemerakan pagi itu. Ia kenakan baju muslim dan Sarung yang tak bermerk bergegas berangkat kemasjid yang jaraknya tak jauh dari rumahnya. Seperti biasa nampak dalam masjid yang temaram oleh lampu-lampu 18 Watt ada segelintir orang-orang yang sangat ia kenal mukanya. Betul! Kalau waktu sholat subuh dimasjid sangat sedikit dan jamah yang datang itu-itu saja. Mungkin tidak paham atau memang menghilangkan pemahaman tentang hadis ini

“Tidak ada shalat yang lebih berat (dilaksanakan) bagi orang munafik daripada shalat shubuh dan isya. Seandainya mereka tahu (keutamaan) yang terdapat di dalamnya, niscaya mereka akan melakukannya kendati dengan merangkak. Sungguh aku telah hendak memerintahkan kepada petugas adzan untuk iqamat (shalat) kemudian aku mengambil bara api dan membakar (rumah) orang yang belum tidak keluar melaksanakan shalat (di masjid),” (HR. Bukhari-Muslim, dari Abu Hurairah).

Seperti biasa, ia seusai sholat shubuh membaca Al Quran dan buku-buku pelajaran sekolah. Pada hal hari itu tidak ada ulangan harian atau ulangan smester, ia memang terbiasa dengan kegiatan seperti itu yang ia lakukan cuman 10-15 menit. Cukup ampuh terlihat dari nilai-nilai sangat bagus. Sebelum beranjak mambantu membersihkan rumah ayuk. Tepat! ia memnag tinggal bersama ayuk kandung dirumahnya. Karenanya orang tuanya menginginkan sekolah Agama dan kebetulan ia juga menginkan itu dan sekolah tersebut cuman ada di Kota sebelah kota Bantul. Tidak ada salahnya tinggal dirumah ayuknya, "toh" mengizinkan dan ia tidak boleh ngotrak sendiri.

"Ata...makan lah. Ini sudah siap, biar ayuk nanti yang lanjut ngepel..." Suara lembut dari arah dapur yang sangat ia kenal dia orang yang sangat menyayanginya mungkin karna ia adiknya. Dan itu suara mirib ibunya.

Benar! Ia bernama Ata di balik tetap Ata - tapi itu gak pentinglah nya - .

Bersambung

https://abshafiyyah.blogspot.com/2020/01/kado-untuk-sang-ayah-1.html
Previous Post Next Post

Liên kết bạn bè