Belajar dari Kisah Sultan Muhammad Al Fatih; Dimana Posisi mu?

Sepanjang sejarah saya mempunyai akun sosial media yang bernama Facebook pertama di tahun 2009nan. Hingga sekarang, baru ini membuat status yang selalu ditanya “Apa yang anda pikirkan” saking perhatiannya. Ternyata sangat fantastis di share sampai 2k lebih dan yang paling mengejutkan jagat maya twiter juga di kejutkan dengan tranding nasional dengan hastag #GlobalCampaign1453 #IslamBerjayaKembali #ConquestOfConstantinople yang bertahan kurang lebih 7 jam di hari Rabu (15/01) waktu yang lalu.

Status apa yang saya buat hingga di share sampai 2k lebih itu? Sebuah video berisi tentang toko muda legendaris yang membuktikan Janji Rasulullah saw
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad)

Ini menjadi pengingat bahwa Allah dan Rasulnya itu tak pernah bohong dengan janji-janjinya dan tentu ada janji allah dan rasullah yang lain bagai mana akan kembalinya khilafah ‘ala minhaj nubuwwah yang akan menyejahterakan umat manusia dan makluk hidup di alam semesta ini.
Tentu ada wujud ikhtiar untuk menaklukan Konstantinopel meralisasikan janji Allah dan Rasulnya yang termaktub secara Qath'i. Bukan berpangku tangan nunggu waktunya tiba. Dalam upaya perjuangan itu telah dilakukan sedikitnya sebanyak 8 kali oleh umat Islam. Lima kali pada kekhalifahan Umayyah, satu kali pada kekhalifahan Abbasiyah, dan dua kali pada masa Utsmaniyah. Tiga generasi Bro!


Ada pelajaran yang manarik dalam kisah hiroik dalam kisah penaklukan Konstatinopel di tahun 1453, terutama saya :

Pertama, Saya sebagai orang tua. Yang di lakukan oleh ayah Muhammad Al Fatih yakni Sultan Murad II yang merupakan sultan keenam Daulah Utsmaniyah memberikan perhatian khusus pada putranya dengan pendidikan yang lebih khusus pada Agama bagai mana Sultan Murad II mendantangkan ulama besar pada zamannya Syah Aa Syamsuddin.

Maka hasilnya diumur yang sangat relatif muda jika kita dibandingkan pemuda pada zaman now ini mahir bermain game mobel legent dan Game Slither. Umur 17 tahun telah matang berpolitik dan berlatih perang tidak pernah meninggalkan solat rowatib dan tahajud apalagi yang wajib. Al Fatih juga mengusai enam bahasa dan telah percaya umat untuk mejadi memimpin ibukota Kesultanan Ustmani.

Kedua, Bagimana saya sebagai pejuang. Pasukan yang di bawahi oleh muhammad Al Fatih dalam persiapan Penaklukan konstatinople ada pasukan elit Janissaries pasukan ini dilatih secara khusus baik taktik, dan segala macam kebutuhan tentara dalam perang.

Tapi selain itu ada pasukan sukarela yang ikut dalam peperangan ini mengharap amalan tertinggi yakni mati syahid, ada pasukan panah, ada pasukan angkatan laut, ada pasukan gali, ada pasukan meriam, ada pasukan perawat, ada pasukan Koki atau juru masak, dan pasukan lain yang berkontribusi meralasiakan janji Allah dan Rasulullah yakni penaklukan konstatinopel. Semuanya disebut pasukan yang terbaik dan panglima yang memimpinnya adalah yang terbaik.

Bagai mana dengan perjuangan ini, menyambut janji allah dan rasulullahnya tentang khilafah ‘ala minhaj nubuwwah tentu saya akan berkontribusi dibagian manapun semoga saya bukan bagian yang jadi penonton apa lagi provokator, apalagi menjadi pengikut para pecundang yang mengolok-olok perjuangan ini. Saya akan memegang prinsib dalam bagian perjuangan ini “Tugas apa? Yang bisa saya kerjakan; Apa yang saya tau akan saya katakan; Apa yang saya punya akan saya berikan”.
أحدث أقدم

Liên kết bạn bè